Soal Pencegahan Penyebaran dan Pengobatan TBC di Lambar, Ini Penjelasan Dr.Wawan.
Lampung Barat, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Barat (Kadinkes Lambar) Dr. Widyatmoko Kurniawan, Sp.B, beri pemaparan soal Tuberkulosis, Senin (19/4/2021).
Menurutny, penyakit tersebut adalah, suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini merupakan Bakteri Tahan Asam (BTA).
Ditambahkanya, Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini, masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun.
Masih Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per100.000 penduduk). Diperkirakan 63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk).
Sementara, Situasi Penyakit TBC di Lambar situasi
Tabel 1. Penemuan Kasus TBC di Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2016 - 2020.
1. Tahun 2016,
Jumlah kasus yang ditemukan: 221 kasus.
Target Kasus : 469 kasus.
Persentase penemuan kasus baru : 47,12 %
2. Tahun 2017,
Jumlah kasus yang ditemukan : 237.
Target Kasus : 380
Persentase penemuan kasus baru : 62,37 %.
3. Tahun 2018,
Jumlah kasus ditemukan 281.
Target Kasus 1.267.
Presentase kasus ditemukan : 22,18 %.
4. Tahun 2019,
Jumlah kasus ditemukan 279.
Terget 996.
Presentase kasus ditemukan28,01 %.
5. Tahun 2020.
Jumlah kasus ditemukan 207.
Targer, 980.
21,12 %
Berdasarkan data penemuan kasus TBC pada 2016 - 2020, menunjukkan masih belum optimalnya penemuan kasus baru TBC di Kabupaten Lampung Barat.
Hal ini terlihat dari masih jauhnya jumlah BTA (+), yang ditemukan dengan Taget BTA(+) yang seharusnya ditemukan di Lambar.
"Selain Itu pada tahun 2020 ini kita mengalami Krisis Kesehatan Nasional yaitu terjadinya Pandemi Covid-19, sehingga upaya penemuan kasus TBC baik melalui strategi Passive Case Finding dan Passive Intensive tidak dapat berjalan secara optimal, dikarenakan hampir semua petugas pengelola program TBC di Puskesmas terlibat dalam kegiatan survailance Covid-19 baik dalam kegiatan Tesing, Tracking dan Treatment. Sampai dengan bulan April 2021 di Kabupaten Lampung Barat sudah menemukan 36 kasus TBC yang tersebar di 15 Puskesmas Se Kabupaten Lampung Barat," ujarnya.
Masih kata Kadinkes yang akrab disapa Dr. Wawan itu, penularan BC terjadi melalui udara yang berasal dari percikan pasien TBC yang batuk/bersin;
Jika udara yang mengandung bakteri TBC tersebut, terhirup maka akan dapat meingkatkan risiko terkena penyakit TBC;
TBC tidak menular melalui perlengkapan pribadi penderita TBC yang sudah dibersihkan seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan oleh pasien TBC.
Perilaku, Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai etika akan meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.
"Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.
Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan cara pengobatan," imbuhnya.
Selanjutnya, faktor lingkungan:
Lingkungan perumahan padat, dan kumuh akan memudahkan penularan TB. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik, dan tanpa cahaya matahari akan meningkatkan risiko penularan.
Untuk pemeriksaan TBC dia menjelaskan, penyakit TBC dapat diketahui dengan beberapa metode,
TBC dapat diketahui dengan pemeriksaan dahak pasien dengan menggunakan dahak saat dating ke fasilitas pelayanan kesehatan (dahak sewaktu), dan dahak pagi sesaat bangun tidur (dahak pagi) (dapat dilakukan di 15 Puskesmas se - Lambar dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Alimuddin Umar Liwa.
TBD dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan alat Tes Cepat Molekuler (TCM), pemeriksaan TCm dapat dilakukan di Rumah Sakit Alimuddin Umar Liwa dan UPT. Puskesmas Sumber Jaya;
Pemeriksaan Penunjang Lainnya yaitu :
Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
Tujuan Pengobatan TB adalah,
Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup, mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya.
Mencegah terjadinya kekambuhan TB.
Menurunkan risiko penularan TB.
Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan TBC, yang kebal terhadapat salah satu obat TBC.
Pasien diberikan obatselama 6 – 8 bulan,
Tahap pemberian obat dibagi menjadi 2, tahap awal selama 2 bulan pengobatan dan tahap lanjutan yang diminum selama 4 – 5 bulan,
pasien haus meminum obat secara teratur dan patuh sesuai dengan panduan pengobatan, untuk meningkatkan keberhasila pengobatan dan mencegah terjadinya kekebalan terhadap obat TBC yang dapat memperparah penyakit TBC pasien.
Obat TBC dapat diperoleh di Puskesmas secara lengkap dan gratis
Pencegahan Penularan TBC
Penyakit TBC dapat dicegah dengan beberapa hal sebagai berikut,
Pemberian Kekebalan (Imunisasi) BCG
Pemberian Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazid (PP INH) pada anak PP INH diberikan kepada anak umur dibawah lima tahun (balita), yang mempunyai kontak dengan pasien TB tetapi tidak terbukti sakit TB.
"Penderita TBC harus meminum obat secara patuh dan teratur
Pasein TBC harus menggunakan masker dan melakukan etika batu/bersin yang baik.Tidak membuang dahak sembarangan, membuang dahak pada tempat khusus dan tertutup seperti lubang WC atau wastafel
Rumah tinggal harus memiliki ventilasi udara yang baik agar sirkulasi udara di dalam rumah berjalan lancar dan cahaya matahi dapat masuk kedalam rumah," pungkasnya.(Rexi)
Tidak ada komentar